Komunitas lingkungan tetapkan kawasan merdeka sampah di Bantaran sungai Balantieng Desa Batukaropa
- IdeNews | ARIE MD -
- Rabu, 30 Oktober 2024
Komunitas Merdeka Sampah (KORSA) Desa Batukaropa dan Komunitas Balantieng Warrior SMPN 40 Bulukumba. Lokasi yang dibersihkan berada di bantaran sungai Dusun Batukaropa.(poto:Arie MD/dok.ideNews)
BULUKUMB-SULSEL | ideNews - Selasa (29/10/2024) Sebanyak 50 orang melakukan kegiatan bersih sungai Balantieng. Mereka dari Komunitas Merdeka Sampah (KORSA) Desa Batukaropa dan Komunitas Balantieng Warrior SMPN 40 Bulukumba. Lokasi yang dibersihkan berada di bantaran sungai Dusun Batukaropa, Desa Batukaropa, Kec. Rilau Ale, Kab. Bulukumba yang selama ini menjadi tempat pembuangan sampah bagi masyarakat sekitar.
Kegitan di mulai dari jam 9 pagi. Kemudian peserta turun membersihkan sampah yang berada di Bantaran dan juga masuk ke sungai Balantieng. Dari kegiatan ini, relawan berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 6 karung. Selain dua komunitas tersebut, Kegiatan ini juga dihadiri oleh Founder salah satu NGO Belanda "Makara", Christa Nooy.
"Senang sekali saya bisa mengikuti kegiatan bersih-bersih di sungai Balantieng dan bertemu dengan komunitas perempuan dan anak-anak sekolah yang sangat antusias sekali. Semoga semakin banyak orang yang peduli terhadap sungai ini" Ungkap Christa Nooy
Ketua KORSA, Andi Fatmawati turut menyampaikan bahwa kegiatan aksi bersih sungai bertujuan tidak hanya membersihkan bantaran sungai saja tapi juga menetapkan lokasi yang telah dibersihkan ini sebagai kawasan merdeka sampah.
Komunitas Merdeka Sampah (KORSA) Desa Batukaropa dan Komunitas Balantieng Warrior SMPN 40 Bulukumba melakukan kolaborasi pembersihan bantaran sungai Dusun Batukaropa. (poto:Arie MD/dok.ideNews)
"Pada kegiatan ini pun kami juga turut mengedukasi warga setempat untuk tidak membuang sampah sampah ke sungai.dan membakarnya, dalam waktu dekat ini kami akan membangun bata terawang di lokasi kawasan merdeka sampah yang berfungsi sebagai tempat khusus menampung sampah organik" tambahnya.
Andi Fatmawati menambahkan, Dari hasil penelitian karakteristik sampah yang sebelumnya di lakukan bersama yayasan ecoton menemukan bahwa 47 persen sampah rumah tangga di Desa Batukaropa merupakan jenis sampah organik, 32 jenis sampah yang bisa di daur ulang dan 21 persen merupakan sampah residu seperti popok, sachet dan plastik.
Andi Fatma menyebutkan, Sampah yang berada di Bantaran sungai Balantieng berasal dari sampah rumah tangga. Beberapa jenis sampah plastik ditemukan mulai dari botol plastik, kemasan sachet sabun, bumbu dapur, jajan, lalu ada popok, kantong kresek hingga minuman gelas plastik, tambahnya.
Firly mas'ulatul janah, peneliti yayasan Ecoton menjelaskan bahwa persoalan sampah bisa berkurang jika masyarakat mau memilah sampah sejak dari rumah tangga karena sebagian besar sampah yang di hasilkan merupakan sampah organik dari dapur maupun sisa makanan yang sebenarnya bisa di jadikan kompos. Untuk sampah daur ulang seperti kardus, botol plastik dan gelas masih bisa di pakai atau di jual ke Bank sampah. Sedangkan untuk sampah residu pemerintah Desa bisa meminta di fasilitasi Pemerintah Daerah untuk di angkut ke Tempat pembuangan akhir, Terang Firly.
"Sungai Balantieng adalah tempat kami (komunitas Balantieng Warriors) belajar mengenai ekosistem sungai. Sampah-sampah yang ada di bantaran sungai bisa memicu adanya mikroplastik di sungai. Penelitian yang kami lakukan sebelumnya telah menunjukkan adanya mikroplastik di sungai Balantieng. Kami tidak mau pencemaran mikroplastik lebih parah terjadi di sungai Balantieng. Makanya kami ikut dalam kegiatan bersih-bersih sungai ini" tutup Nur Aina, Ketua Balantieng Warrior.
(Arie MD - ideNews)